TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 25 judul lagu akan dibawakan seniman lokal warga Kabupaten Pelalawan dalam Festival Tesso Nilo pada 22-24 November 2017. Nyanyi Panjang merupakan tembang warga lokal bertema alam yang ditetapkan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sebagai warisan budaya tak berwujud.
"Yang bisa (membawakan) tinggal tiga orang dan mereka sudah tua," kata Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) Supartono di Pekanbaru, Senin, 20 November 2017.
Festival Tesso Nilo akan mengangkat kearifan lokal sekitar hutan yang nyaris punah sebagai potensi wisata baru. Festival bertema konservasi dan budaya ini ditargetkan diikuti sedikitnya 200 peserta.
Kesenian dan budaya lain yang ditampilkan dalam festival itu adalah lomba silat Pangean, silat tradisional yang hanya ditampilkan sesuai dengan tradisi asli. "Proses pembuatan gelanggangnya panjang, banyak ritualnya," ujarnya.
Ada juga lomba memasak masakan tradisional dan menumbai. Lomba ini bertujuan mempopulerkan kembali budaya masyarakat sekitar hutan yang menggunakan minyak seminai dan suntai untuk memasak, bukan minyak goreng dari kelapa sawit ataupun kelapa.
"Menumbai merupakan tradisi warga lokal memanen madu hutan dari pohon sialang pada malam hari," ucapnya.
Ada juga lomba mewarnai untuk anak taman kanan-kanak serta lomba fotografi. Supartono mengatakan festival tersebut juga untuk mempromosikan paket ekowisata alam. Peserta bisa memilih kegiatan, seperti mengikuti aktivitas pawang (mahout) gajah Sumatera, menelusuri pesona hutan alam, wisata menelusuri sungai, dan trek sepeda lintas alam.
"Kalau pemerintah daerah mendukung, kami akan mendorong Festival TNTN ini menjadi agenda wisata nasional," tuturnya.
ANTARA
Berita lain:
Tip Aman Makan Durian
5 Langkah Memilih Buah Durian Enak